Pati , www.suarahukum-news.com – Beraneka ragam sejarah dan mitos yang beredar tentang adanya kekuatan aura positif tak kasat mata yang terdapat di dalam bambu kuning, ternyata sudah menjadi cerita turun-temurun dari para orang tua maupun para praktisi supranatural pada zaman dahulu hingga sekarang.(27/9).
Selain itu, Bambu Kuning juga telah menyimpan kenangan yang tak terlupakan, karena pada masa perang melawan penjajah juga sudah di gunakan sebagai senjata andalan dengan nama sebutan” Bambu Runcing” yang di pakai para pejuang kemerdekaan Republik Indonesia dalam menumpas penjajah di negeri tercinta ini . Khususnya bagi para pejuang gerilya, dan hal itu mampu melawan senjata buatan pabrik (Senapan Api) yang dimiliki oleh para penjajah pada masa itu .
Menurut sudut pandang dari beberapa pakar praktisi supranatural, justru bambu kuning di percaya memliki kekuatan aura positif yang tak kasat mata, dan beberapa diantaranya juga ada penunggu dari alam lain. Selain itu Bambu Kuning juga percaya media tolak bala’ dari energi negatif, atau serangan aura jahat dari dunia alam lain. Selain batangnya, Bunga Bambu Kuning juga di percaya mampu mengusir kekuatan jahat dari para makhluk halus seperti gendruo atau lainnya .
Terkait pituah dan aura positif tak kasat mata yang tersimpan pada bambu kuning, salah seorang praktisi supranatural yang berjuluk Ki Eyang Sukma mengatakan;
“Bambu kuning memang memiliki beberapa keistimewaan dan manfaat yang sangat luar biasa, hal itu bukan tanpa sebab, karena sejak zaman dahulu benda tersebut di pakai sebagai salah satu perlengkapan syarat untuk tolak bala, sehingga sampai sekarangpun tradisi tersebut masih di jalankan. Sebagian masyarakat juga menanam bambu tersebut di pekarangan rumah yang di percaya dapat mengusir kekuatan jahat dari alam lain, misalnya di depan rumah sebelah kanan,” tuturnya
“Para sesepuh zaman dahulu, di saat menghadapi musim pagebluk sebagai sarana tolak balak, salah satunya adalah memakai bambu kuning tiga ruas, yang di padukan dengan empu kunyit, tawas ,daun opo – opo (dalam bahasa Jawa), daun ilalang dan daun jarak jawa, setelah melalui ritual khusus dan doa, serta wirid dari bacaan ayat-ayat Suci Al-Quran benda tersebut ditanam di pekarangan rumah sebagai sarana tolak balak, dan sebagian lagi di pakai buat obat dengan cara di oleskan di bagian tubuh yang sakit,” imbuhnya
“Namun semua itu adalah sebagai sarana atau perantara saja, Pada dasarnya segala penyakit maupun obatnya, semua datangnya hanya dari Sang Maha Pencipta Semesta Alam (Allah), memperbanyak istighfar, dan selalu mendekatkan diri kepada Sang Khalid adalah kunci yang paling utama,” pungkasnya.
(Red/Tg)