Pati, www.suarahukum-news.com – Berbagi ungkapan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan dari Sang Pencipta ( Tuhan ) juga dimaknai dengan beragam cara dan di implementasi menurut keyakinan masing-masing individu, salah satunya adalah acara tradisi bersih desa ( sedekah bumi, dalam bahasa jawa. red ) yang dimana sudah menjadi tradisi wajib diberbagai daerah dalam mengungkapkan puji syukur atas keberkahan dan rizki dalam kurun waktu satu tahun terhitung sejak dilaksanakan upacara bersih di masa sebelumnya. ( 04/07 )
Dilihat dari beberapa sudut pandang, ” Bersih Desa ” merupakan slametan atau upacara adat Jawa untuk memberikan sesaji kepada danyang desa. Adapun sesaji berasal dari kewajiban setiap keluarga untuk menyumbangkan makanan. Bersih desa dilakukan oleh masyarakat dusun untuk membersihkan desa dari roh-roh jahat yang mengganggu.Maka sesaji diberikan kepada danyang, karena danyang dipercaya sebagai penjaga sebuah desa.Dengan demikian, upacara bersih desa diadakan di makam danyang.
Sedangkan untuk desa yang mempunyai pengaruh muslim kuat, upacara bersih desa diadakan atau dilaksanakan di Masjid. Adapun isinya adalah doa-doa dalam Muslim. Sementara, di beberapa desa yang tidak memiliki makam danyang, upacara bersih desa diadakan di rumah kepala desa maupun di Pendopo Kantor Kepala Desa.Bersih desa juga dimaknai sebagai ungkapan syukur atas keberhasilan dalam bercocok tanam semusim, seperti polowijo, padi maupun lainnya, sehingga upacaranya dilakukan setelah panen padi berakhir.
Seperti halnya yang dilaksanakan di Desa Panggungroyom Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati pada hari ini, Sabtu ( 04/07/2020 ) pagi di Aula Balai Desa setempat, hal itu dimaksudkan sebagai bentuk ucap dan puji syukur atas keberkahan dan kelancaran serta keselamatan masyarakat desa pasca panen raya usai bercocok tanam dalam waktu setahun terakhir.
” Hari ini Sabtu Legi dalam hitungan pasaran jawa, ( 04/07/2020 ) kami masyarakat Desa Panggungroyom telah mengadakan acara bersih desa untuk menghormati dan sekaligus bentuk ucap puji syukur atas limpahan rahmat dan keberkahan rizki dari sang Pencipta, dan ini merupakan acara rutin tahunan yang jatuh tiap bulan apit “, ucap Kades Panggungroyom dengan logat bahasa jawanya, Sabtu ( 04/07 )
Selain itu, Kades Panggungroyom juga menyampaikan bahwa, hal ini juga sekaligus sebagai bentuk guyup rukun masyarakat setempat, dalam nguri-uri adat dan budaya jawa.
” Tadi pagi, kami masyarakat setempat sudah kirim doa di punden ( makam leluhur ) sebagai bentuk penghormatan jasa-jasa beliau dalam sejarah babat desa dan sekaligus sebagai simbol kebersamaan antara sesama umat dalam menjalin silaturahmi “, imbuhnya
Untuk hiburan masyarakat, Kepala Desa Panggungroyom juga mengatakan bahwa di masa pandemi Covid-19 pihaknya sengaja tidak membuat acara tersebut meriah, seperti sebelum ada wabah Corona , karena menurutnya kesehatan adalah hal yang paling penting dan utama.
” Kiita menggelar acara wayang kulit sebagai bentuk simbolis saja, akan tetapi protokol kesehatan yang ketat kami terapkan, seperti memakai masker, jaga jarak serta cuci tangan sebelum acara dimulai adalah wajib di lakukan oleh semua orang yang hadir dalam acara ini, hal ini sebagai bentuk kami dalam mendukung upaya pemerintah untuk mencegah terjadinya penyebarluasan Covid-19 di masyarakat “, tandasnya
( Red / Tg )