Kisah Melati di Pasar Wagenan

Opini20155 Dilihat
Foto ilustrasi sebagai pemanis , Melati ( Nama Samaran ) salah satu PSK di pasar Wagenan , Margorejo

Pati,www.suarahukum-news.com-Tempat lokalisasi yang berada di Jl.Pati -Kudus lebih tepatnya yang berada di belakang komplek pasar hewan, atau lebih di kenal di kalangan para penjaja cinta dengan sebutan komplek “Pasar wagenan”, ini cukup ramai di kunjungi pada hari tertentu. Dan merupakan salah satu obyek incaran para hidung belang, yang ingin sekedar mencari kepuasan dalam melampiaskan nafsu birahinya. Bukan tanpa sebab, pasalnya di tempat ini (komplek pasar wagenan) banyak sekali penyedia jasa esek – esek dari berbagai farian umur, dan tentunya dengan tarif dapat di bilang cukup ekonomis bagi kalangan menengah kebawah.( 04 / 01 )

Dari penelusuran investigasi wartawan www.suarahukum-news.com beberapa waktu lalu di komplek pasar wagenan, guna mencari informasi terkait rumor yang beredar akan adanya kebebasan seks di komplek tersebut, ternyata benar adanya. Pasalnya saat menjelang malam tiba, banyak sekali para pengunjung yang lalu lalang keluar masuk lorong di sebelah timur pasar hewan yang ada di Kecamatan Margorejo tersebut.

Menjelang larut malam, bukanya bertambah sepi. Namun justru semakin bertambah ramai pengunjung yang keluar masuk gang sempit tersebut , aktivitas di sepanjang Lorong jalan juga semakin padat , adapun salah satu aktivitas nya adalah tawar menawar soal harga sekali kencan dengan si oknum pekerja seks komersial itu , ketika harga di sepakati maka keduanya langsung menuju bilik bilik kecil yang ada di sepanjang lorong jalanan tersebut untuk melakukan hubungan intim layaknya pasangan suami-istri .

Salah satu narasumber yang bernama Melati ( nama samaran ) dengan usianya lebih kurang 23 tahun , adapun sosok melati adalah gadis berparas cantik dan masih terlihat polos , tentu hal itu menjadi daya tarik tersendiri di kawasan pasar wagenan , identitas melati di ketahui sebagai pendatang / perantau dan melakoni pekerjaan sebagai PSK ( pekerja seks komersial ) di pasar wagenan baru berjalan sekitar 4 bulan , dirinya mengaku saat ramai pengunjung dirinya pernah melayani kencan hingga 20 lelaki hidung belang dalam satu malam .

” Kalau ramai pernah dapat tamu 20 orang tapi kalau sepi minimal 10 orang masih dapat , saya mulai mangkal biasanya jam 5 sore , kadang kalau sudah kenal ya cod ( panggilan ) lewat telfon , tapi kalau belum kenal saya tidak berani, soale takut mas entar kenapa napa , gak ada yang tanggung jawab ” tuturnya sedikit masih polos

Disinggung tentang bahaya akan penularan virus HIV Aids dirinya mengaku takut , dan terlintas di benaknya ingin keluar dari lembah hitam yang ia jalani beberapa bulan ini , dan mengenai tarif dirinya mengatakan ,

” Kalau soal itu ( HIV ) saya jelas takut , makanya setiap kali kencan aku minta semua tamu pake pengamanan ( kondom ) ya minimal buat jaga-jaga lah mas , kalau soal tarif disini tidak sama mas , kadang saya di kasih 300 ribu , kadang kalau ada orang yang baik hati ya di kasih lebih ” jelasnya

Melati ( nama samaran ) juga mengatakan bahwa pekerjaan yang ia lakoni saat ini bukanlah bagian dari tujuan hidupnya , hal itu sangat terpaksa ia lakoni lantaran desakan ekonomi dan keadaan rumah tangganya yang saat ini sedang dalam tahap proses pengajuan perceraian Pengadilan Agama di kota tempat kelahiranya .

Sungguh ironis hanya akibat desakan ekonomi dan keputus asaan seseorang harus terjerumus kedalam lembah hitam dengan konsekuensi harus mau menerima segala sesuatunya baik dari yang teramat negatif maupun dari sisi positif . Semoga kisah nyata dari melati ( nama samaran ) mampu memberikan referensi kepada kaula muda agar selalu berfikir positif , optimistis dalam Segala sesuatu tindakan sehingga tidak menimbulkan penyesalan di kemudian hari .

 

( Red / Bersambung ……….)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *