Pati , www.suarahukum-news.com – TPI ( Tempat Pelelangan Ikan ) Banyutowo lebih tepatnya yang berada di desa Banyutowo Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati adalah pusat aktivitas dan berlabuhnya para nelayan tradisional baik dari daerah setempat yang ada di wilayah kecamatan Dukuhseti maupun dari berbagai sekitar Kabupaten Pati meliputi Kabupaten Kudus , Jepara dan Rembang . ( 26 / 12 )
TPI ( Tempat Pelelangan Ikan ) Banyutowo adalah satu-satunya tempat harapan dan tumpuan para warga khususnya para nelayan , pedagang ikan , warung makan dan jasa angkutan untuk memuat hasil tangkapan ikan untuk distribusikan dan di pasarakan ke berbagai kota dan luar kota dan sebagian di kirim ke pabrik yang ada wilayah kabupaten Pati .
Namun dibalik itu semua warga setempat khususnya para nelayan desa Banyutowo mengeluh akan pembangunan infrastruktur yang ada di kawasan TPI Banyutowo tersebut , bukan tanpa alasan hal itu di ungkapkan oleh sebagian besar para nelayan yang ada di sana pada hari Selasa ( 25 / 12 ) , bahwa para nelayan tradisional kesulitan saat bersandar ketika akan menepi untuk menurunkan hasil tangkapan ikanya maupun para nelayan yang sedang mempersiapkan kebutuhan sebelum melaut . Karena adanya tempat bersandar yang sudah ada tidak memadai dan sudah rusak bahkan tidak jarang para kaki nelayan terkena besi beton yang sudah mulai mengelupas dan terlihat tampak besi betonnya .
Kepada wartawan www.suarahukum-news.com dari beberapa nelayan dan narasumber yang ada di TPI Banyutowo yang bernama Supar ( 50 tahun ) pada hari Selasa ( 25 / 12 ) sekitar pukul 14 . 45 Wib nelayan tradisional mengatakan ;
” Kami disini khususnya para nelayan tradisional yang berada di TPI Banyutowo berharap kepada pemerintah baik daerah maupun pusat agar mau memperhatikan rakyat kecil seperti kami , karena di tempat ini adalah sandaran hidup dan tempat aktivitas untuk mencari nafkah buat keluarga , tetapi jembatan sandar ini sudah rusak parah bahkan tak jarang kaki kami tertusuk patahan besi saat hendak menurunkan ikan hasil tangkapan dari para nelayan ” tuturnya
Selain nelayan tradisional yang bernama Supar , Diono ( 45 tahun ) warga setempat berprofesi sama sebagai nelayan tradisional yang ada di TPI Banyutowo menambahkan ;
” Sebenarnya harapan warga dan para nelayan adalah di bangunya jembatan labuh ini ( sambil menunjukkan jembatan yang sudah terlihat mangkrak dan tidak berfungsi ) karena dari sinilah pusat aktivitas yaitu untuk menaikkan barang konsumsi sebelum melayar , ataupun menurunkan ikan hasil tangkapan para nelayan yang sudah kembali dari melaut ” ungkapnya
Lebih lanjut Diono mengatakan , ” Dulu kami sering iuran swadaya buat beli bambu untuk membuat jembatan ini namun tak lama juga rubuh karena terkena air laut yang memliki kadar garam tinggi ” imbuhnya sambil mengakhiri wawancara kepada awak media pada hari Selasa ( 25 / 12 ) siang itu
Di harapkan kepada pemerintah daerah maupun pusat agar memerhatikan kesulitan dan keluhan para masyarakat kalangan bawah khususnya para nelayan tradisional yang juga masih menggunakan alat tangkap tradisional yaitu jenis jaring nilon khususnya yang berada di kawasan TPI Banyutowo , agar segera di berikan fasilitas dan tempat yang layak agar para nelayan dapat beraktivitas dengan baik sehingga roda perekonomian yang ada di wilayah setempat dapat berjalan dengan lancar sehingga mampu mengurangi angka pengangguran , akibat tidak berfungsinya secara maksimal tempat bersandar nya para perahu tradisional yang ada di kawasan TPI Banyutowo .
( Red / Tg / Bersambung ………..)