Pati, www.suarahukum-news.com | Hasil penghitungan cepat dari perolehan suara di Pilkada Pati untuk pemilihan Bupati dan Wakil Bupati periode 2024-2029 di seluruh kecamatan se-Kabupaten Pati telah dimenangkan oleh Paslon Nomor Urut 01, Sudewo-Chandra dengan memperoleh suara terbanyak (unggul). (28/11)
Dari 1. 036. 116 jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) dan 2. 015 Tempat Pemungutan Suara (TPS) serta 7. 701 Rukun Tetangga (RT) ini, Paslon Nomor Urut 01 Sudewo-Chandra mendapatkan suara sementara (hasil penghitungan cepat) sebanyak 406. 316 (empat ratus enam ribu, tiga ratus enam belas suara). Sementara untuk Paslon Wahyu-Suharyono menduduki suara terbanyak kedua yaitu sekitar 301. 815 (tiga ratus satu ribu, delapan ratus lima belas suara) dan untuk Paslon Budiono-Novi telah mendapatkan perolehan suara sekitar 24. 588 (dua puluh empat ribu, lima ratus delapan puluh delapan suara). Sedangkan untuk suara tidak sah kurang lebih sekitar 14. 324 (empat belas ribu, tiga ratus dua puluh empat suara).
Dari perhitungan cepat di masing-masing wilayah kecamatan se-Kabupaten Pati ini, dapat dilihat bahwa Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pati nomor urut 01 telah unggul dengan memperoleh suara terbanyak dari Paslon yang lainnya. Meskipun demikian, perhitungan cepat ini akan dicocokkan lagi melalui perhitungan manual yang akan dilakukan oleh KPU Pati.
Menanggapi hal itu, salah satu praktisi supranatural di Kabupaten Pati menyebut kalau kemenangan Paslon Sudewo-Chandra ini telah mematahkan mitos dan berbagai opini yang sudah berkembang dimasyarakat. Diantaranya bahwa Bupati Pati harus dari wilayah Timur atau wilayah Utara Sungai Silugonggo.
“Mitos tentang adanya isu bahwa bupati tidak ada yang bisa dari wilayah Pati Selatan sudah patah. Artinya, tanggapan masyarakat selama ini sudah terjawab. Dengan demikian, kedepannya kalau ada putra terbaik dari wilayah Pati Selatan jangan pernah takut lagi untuk maju di Pilkada,” ujar Wage (bukan nama sebenarnya) saat memberikan tanggapan tentang mitos bupati dari Pati Selatan.
Pihaknya menyebut kalau dalam kontestasi politik lima tahunan ini sudah selesai dan dapat dilihat siapa pemenangnya. Sedangkan bagi peserta Pilkada yang kalah, harus bisa legowo. Seorang kesatria akan mengakui segala kekalahannya dan menjadikan kekalahan itu untuk lebih giat berlatih untuk mencapai kemenangan dikemudian hari.
“Soal kalah memang dalam pemilihan itu biasa, karena jabatannya hanya satu, sementara untuk pesertanya ada tiga, ya pasti akan ada peserta yang tereliminasi,” sebutnya.
Sebenarnya, lanjut Wage (bukan nama sebenarnya), Kalau mau membuka tabir misteri tentang wilayah Pati itu jangan setengah-setengah, karena wilayah Pati itu luas. Ingat, bahwa di kaki pegunungan kendeng utara ini terdapat berbagai macam situs sejarah. Mulai dari situs sejarah di Desa Parwoto yang merupakan jejak era Pusat Kasultanan Demak Bintoro, sementara disebelah timur Desa Prawoto juga terdapat kawasan jejak peradaban di zaman era pra-sejarah.
Bukan hanya itu, wilayah Pati Selatan juga terdapat Makan Angling Darma dan Gua Nagaraja. Tak berhenti disitu, di Kecamatan Sukolilo juga terdapat situs Watu Payung yang telah bersemayam para leluhur. Bahkan, ditempat ini (waktu payung) juga terdapat perpaduan antara hangat dan dingin di delapan arah penjuru mata angin. Yang tidak kalah penting di Kecamatan Kayen juga ada makam Syekh Jangkung. Kemudiam di Kecamatan Winong, Desa Godo juga terdapat keyakinan bahwa didesa tersebut merupakan adalah kawasan jejak peradaban masa kejayaan Kadipaten Parang Garudo.
“Artinya, wilayah Pati Selatan khususnya di kawasan kaki pegunungan kendeng utara mulai dari wilayah Kecamatan Sukolilo-Pucakwangi dan Jaken (Pati-Blora) telah terdapat jejak peradaban leluhur yang pernah berjaya pada masanya. Dengan demikian, kejayaan itu dapat kembali sewaktu-waktu,” katanya.
Jadi, masih kata Wage (bukan nama sebenarnya) Kalau mau berbicara tentang mitos dan sejarah maka kita harus membukanya selebar-lebarnya dan wajib mencari referensi lain agar kita tidak terjebak dalam satu keyakinan yang belum tentu di ketahui kebenarannya. Kita harus mencari referensi letak geografis, serta petunjuk lain (fakta sejarah, dan jejak kebudayaan).
Pada kesempatan itu, Wage (bukan nama sebenarnya) juga mengatakan kalau Pilkada Pati sudah selesai, masyarakat sudah menggunakan hak suaranya pada tanggal 27 November 2024 kemarin. Siapapun yang menjadi pemimpin (Bupati Pati), mari kita hormati bersama dan kita dukung programnya demi kemajuan daerah. Karena, ada ratusan ribu suara yang telah memilihnya. Sementara bagi peserta Pilkada yang kalah juga jangan patah semangat, kalau tujuannya untuk membawa perubahan Pati, masih bisa menyumbangkan dedikasi dan pemikirannya untuk mewujudkan program yang pro dengan rakyat.
“Kalah dalam kontestasi politik bukan berati kalah dalam adu visi misi dan masih bisa untuk membawa harum nama Pati dengan berbagai kegiatan positif dan mari bersama untuk mewujudkan daerah ini agar lebih sejahtera, bermartabat dan berdaulat,” tandasnya.
(Red/Sh)