Timika, www.suarahukum-news.com – Pesona kayu gaharu asal Papua masih menjadi daya tarik pengusaha luar daerah untuk diproses menjadi bahan parfum dan aksesoris. Perdagangan kayu gaharu masih menjadi primadona para pengusaha asal Jakarta yang berminat membeli dengan harga tinggi. ( 03/11 )
Pemeriksaan terhadap 2.142 kilogram kayu gaharu dalam bentuk kemedangan, kembali dilakukan oleh Pejabat Karantina, Wilayah Kerja Bandar Udara Mozes Kilangin.
Ribuan kilogram kayu tersebut rencananya akan diterbangkan melalui pesawat udara dengan tujuan Jakarta. Potensi besar kayu gaharu untuk diekspor ke luar negeri sangatlah besar, namun karena terkendala masalah teknis, pengiriman kayu gaharu dari Kabupaten Mimika masih sebatas domestik.
Sebagai pengepul kayu gaharu di Timika, Krisma menjelaskan bahwa, setelah kayu gaharu ini dikumpulkan maka dalam batas tonase tertentu akan dilakukan pengiriman ke Jakarta sesuai dengan permintaan pembeli.
” Setelah di Jakarta, kayu gaharu ini akan diproses kembali sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan, seperti kadar air, kadar resin, dan komponen kimia yang terkandung ” , lanjutnya.
” Hal inilah yang menjadi kendala, sehingga kayu gaharu tidak dapat kami ekspor langsung, karena disini kami tidak memiliki alat, serta keterbatasan tenaga kerja, olehnya itu kami hanya mampu mengirimnya secara domestik ” , jelas, Krisma
Pejabat Karantina Tumbuhan, Louissa menuturkan bahwa dokumen persyaratan menjadi hal wajib ditunjukan oleh pemilik atau kuasanya, pada saat melakukan permohonan untuk dilakukan tindakan karantina.
” Kami melakukan pemeriksaan di gudang pemilik, sebelumnya kami harus memastikan kelengkapan dokumen persyaratannya, seperti SATS-DN dari BKSDA “, kata, Louissa.
Penanggung Jawab Wilayah Kerja Bandara Mozes Kilangin, Sujarwage menerangkan berdasarkan data IQFAST, pengiriman kayu gaharu melaui bandara, selama tahun 2020 sudah mencapai 125 ton, dengan frekuensi rata-rata sekali pengiriman setiap bulannya.
” Kayu gaharu merupakan komoditas primadona yang dimiliki oleh Kabupaten Mimika, apabila dikelola secara baik, dengan sentuhan mesin dan alat produksi memadai, tidak menuntut kemungkinan menjadi komoditas ekspor menjanjikan dan bernilai ekonomi lebih tinggi “, tutup Sujarwage
( Red / Sh )