Semarang, www.suarahukum-news.com-Tak sedikit sebagian para pecinta kolektor benda antik dan para pakar supranatural percaya akan kekuatan serta daya magis yang di miliki oleh benda yang satu ini yaitu “Mani Gajah”. Sebagian besar mereka percaya bahwa, apabila seseorang memiliki benda tersebut maka mereka dapat memiliki kekuatan dan kemampuan magis di bidang rasa welas asih (kasih sayang) sehingga mampu menarik perhatian dan perasaan, baik untuk daya tarik umum, kewibawaan, serta juga di percaya sebagai salah satu bisaroh untuk pelaris dagangan, maupun untuk sebagai pemikat lawan jenis (pengasihan/pelet). (31/03).
Dengan cerita tutur yang berkembang dari masa ke masa ini, tentunya juga menjadi sebuah bahan perbincangan di era modern seperti sekarang ini, pasalnya tak jarang juga dari mereka yang tidak mempercayai akan kekuatan di luar akal maupun pikiran manusia tersebut, karena sebagian orang menganggap bahwa, untuk pelaris makanan cukup dengan menjaga resep dan cita rasa akan masakan tersebut. Sedangkan untuk mitos, bahwa mani gajah dapat digunakan sebagai sarana pemikat lawan jenis juga tak hayal menjadi perbincangan oleh banyak pihak, pasalnya di era modernisasi seperti ini tak jarang banyak kaum hawa juga melihat dari sisi luar (penampilan/gaya hidup) walau fakta yang sebenarnya, sebuah jodoh adalah bagian sesuatu yang bersifat rahasia dari Sang Maha Pencipta Alam Semesta.
Untuk memastikan keaslian dan kekuatan dari “Mani Gajah ” tentu dari berbagai pihak mengklaim bahwa untuk uji keaslian mereka memiliki cara tester masing-masing, ada yang di tanam di dalam tanah lebih kurang 40 Cm kedalam tanah, lalu di berikan umpan (pakan ternak) selanjutnya di taruh ayam jantan di atasnya, apabila ayam tersebut hanya mencari benda yang tertanam di dalamnya dan bukan makan umpan (pakan ternak), maka benda (mani gajah) tersebut di anggap asli.
Adapula yang menggunakan tehnik dengan menyediakan dua batang kayu sebesar jari kelingking lalu ujung kayu di colekan ke benda ( mani gajah ) tersebut, kemudian ranting kayu yang satu di masukan ke piring dan sudah berisi air, lalu dengan jarak sekitar 3 – 5 cm dari ujung kayu tersebut yang di gerakan mengitari piring, apabila kayu yang berada di bawahnya berada dalam piring tersebut mampu bergerak serta mengikuti gerakan ujung kayu di atasnya maka benda (mani gajah) tersebut baru di anggap anggap asli, dan masih banyak lagi dari berbagai cara yang di lakukan oleh para tester untuk menguji keaslian benda tersebut. Tak hayal konon katanya harga benda yang satu ini (mani gajah) mencapai puluhan bahkan ratusan juta rupiah untuk ukuran berat per gram
Menanggapi hal itu, salah satu praktisi supranatural dan juga sebagai narasumber yang bernama Ki Eyang Sukmo (nama samaran) saat di wawancarai oleh wartawan Suara Hukum-News di kediamannya, dirinya mengatakan, Soal mani gajah yang banyak di perbincangkan di luaran sana itu, sebagian besar dari mereka banyak menyalah tafsirkan.
“Tak jarang dengan sifat ambisius untuk mencapai niat dan tujuannya mereka banyak yang salah kaprah untuk memahami akan benda yang satu ini, yaitu mani gajah” tuturnya sambil dirinya mengeluarkan bungkusan kain kumal yang berisikan botol kecil yang harum baunya kental akan aroma minyak kelapa.
Lebih lanjut Ki Eyang Sukmo pada malam itu, Kamis (28/03) sekitar pukul 23.40 WIB atau lebih tepatnya pada malam Jumat Pon (dalam hitungan hari penanggalan Jawa) dirinya mengatakan, Segala sesuatu dan kekuatan apapun itu bersumber dari Sang Maha Pencipta Langit dan Bumi (Allah).
“Kita sebagai manusia, kalau mau meminta sesuatu dan memiliki hajat apapun, mending berdoalah sesuai dengan agama dan keyakinan kita masing-masing, jangan terlalu mendewakan sesuatu benda, yang itu adalah bagian dari ciptaan NYA, lebih baik mengagungkan kepada yang telah menciptakan (benda) bukan malah sebaliknya mengagungkan memuja dari wujud benda/barang. Ya boleh – boleh saja takjub, akan keanekaragaman serta kekuatan yang di timbulkan dari suatu benda. Namun ingatlah, ada yang lebih utama yaitu Dia (Allah) lah Dzat di atas segalanya,” imbuhnya.
Mengenai benda yang di maksud “Mani Gajah” pihaknya langsung menunjukkan satu botol kecil yang berisikan kapas dan benda kecil yang ada didalamnya.
“Saya mendapatkan benda ini , atas pemberian dari teman seperjuangan saat saya masih menjalani topo laku, sehingga bertemu dengan salah satu suku anak dalam yang ada di pulau Sumatera Provinsi Jambi ,” pungkasnya.
(Red/Tg)