Pati , www.suarahukum-news.com – Diambil dari kisah dunia pewayangan ” Pra Baratayudha ” dengan cerita ” Drupada Duta ” yang dimana ialah menceritakan sebuah upaya dalam langkah poliitik diplomatis yang dilakukan oleh Pendhawa dengan mediator Prabu Matswapati dengan mengirimkan duta pamungkas yaitu Prabu Kresna . Tetapi ternyata tidak demikian . Beberapa waktu berselang , Pendhawa juga pernah mengirimkan duta untuk membahas kemungkinan penyelesaian Negara Hastina melalui dengan Prabu Drupada , Raja Pancala . Tetapi sebagaimana diketahui , upaya ini sama sekali tak membuahkan hasil .
Diketahui bahwa di Pendhapa Agung Negara Hastina , Disaat Duryudana tengah mengadakan pertemuan lengkap dengan pembesar negara , hadir Dewi Kunthi bersama dengan Yama Widura . Kedatangan Kunthi tidak lain adalah untuk menagih janji Duryudana ketika Pendhawa Kalah bermain dadu . Setelah tiga belas tahun berada di pembuangan dan setahun bersembunyi , sekarang saatnya Duryudana harus memenuhi janjinya , untuk mengembalikan Negara Amarta dan semua jajahannya serta sebagian negara Hastina yang saat ini masih dikuasai Duryudana . Akan tetapi kenyataanya yang terjadi adalah diluar dugaan .
Kedatangan Kunthi tidak membawa hasil dan bahkan membawa dua luka baru , yang pertama Kunthi harus mendengar hinaan Kurawa terhadap Pandhawa , Bahwa pandhawa dikatakan sudah tidak lagi mempunyai jiwa ksatria karena terlalu lama tinggal dihutan , sehingga tidak layak ( atau belum layak , menurut istilah Duryudana ) untuk menerima kembali Negara Amarta . Kesakitan kedua ialah Kunthi harus menerima kenyataan diacuhkan oleh Adipati Karna yang di ketahui bahwa dia adalah anak kandungnya sendiri .
Disaat Kunthi pingsan dipangkuan Yamawidura , Prabu Drupada hadir sebagai duta resmi para Pandhawa untuk membahas masalah yang sama dengan yang telah disampaikan oleh Kunthi . Kali inipun justru Duryudana semakin nekad dan mengeluarkan kata-kata yang membuat Drupada Naik pintam . Dengan latar belakang Drupada yang merupakan menantu Prabu Gandabayu yang tak diragukan lagi akan kesaktiannya , membuat Narpati Destrarastra , ayah dari Duryudana kebat-kebit . Terbayang apabila Drupada benar-benar marah kepada Duryudana . Oleh karenanya Destrarastra berniat menemui Prabu Drupada untuk meredam kemarahannya .
Jika Kresna Duta menitik beratkan pada peran kresna yang telah diberi purbawasesa , Drupada tidak demikian karena Drupada menempatkan diri sebagai duta yang tidak diberikan kewenangan penuh , Sehingga suasana hati dan gejolak kemarahan ketika dihina di pasewakan Agung Astina , sunggguh merupakan penggambaran yang benar-benar murka oleh seorang ksatria .
( Red / Tg , Dk )