TRADISI MALAM SATU SURO MENURUT SUDUT PANDANG DARI SALAH SATU PRAKTISI SUPRANATIRAL ASAL PATI

Sejarah & Budaya1904 Dilihat

 

 

 

Dokumentasi Gambar Foto Lawas Salah Satu Pakar Praktisi Supranatural Dengan Julukan Nama Besarnya Ki Eyang Sukma Asal Kelahiran Kabupaten Pati

 

Pati , www.suarahukum-news.com – Dalam menyambut datangnya pergantian malam tahun baru Hijriyah atau yang lebih di kenal dengan bahasa familiernya ” malam satu suro ” oleh kalangan praktisi supranatural di kawasan tanah jawa di anggap memiliki daya kekuatan magis yang sangat luar biasa dan sebagai bulan yang biasa untuk melakukan tirakatan ( mencari ilmu ) , melatih kekuatan olah metafisika , olah kanuragan dan olah kebatinan lainya serta di percaya kalau pada malam satu suro ( awal bulan Muharram ) dan bulan Muharram ( bulan Suro dalam bahasa Jawa ) tersebut banyak para jawara – jawara terdahulu saling uji keuatan untuk mengukur sejauh mana tingkat keberhasilan ilmu yang di pelajari selama berguru atau dalam olah tingkatan belajar . ( 17 / 9 )

Hal tersebut tentu menjadi nilai tersendiri dan tergolong sebagai bulan istimewa bagi para penganut ilmu kejawen kuno , dan sebagian di antaranya yang di lakukan adalah ada puasa mutih , puasa kluang , puasa ngijang , puasa ngrowot , puasa matang puluh , dan ada yang berpuasa hanya makan dan minum di saat terbenam nya matahari dengan batasan nasi di kepal tangan dan minumnya di air yang mengalir tiga cawuk ( minum dengan menggunakan telapak tangan ) selama tuju hari , ada yang puasa pati geni ( tidak boleh meliha cahaya dari api atau cahaya buatan manusia kecuali cahaya matahari dan bulan ) ada juga yang menghabiskan malam tersebut dengan wirid tapi dengan hitungan tertentu dari suatu amalan dan doa , misalnya ada suatu ayat yang di ambil dari salah satu surat yang terdapat di dalam Kitab Suci Al – Qur’an yang di baca hingga ratusan sampai puluhan ribu kali , atau mengamalkan suatu amalan dari sang guru supranatural yang di percaya dengan amalan tersebut mampu memberikan sebuah kekuatan baik untuk lahiriyah maupun batiniah yang tentu nya datangnya kekuatan tersebut jelas dari Sang Maha Pencipta Alam Semesta ( Allah ) .

Itu semua adalah salah satu bagian bentuk dan cara yang di lakukan oleh para penganut ilmu kejawen dalam menyambut malam tahun baru muharam ( ” siji suro ” dalam bahasa jawa ) , sehingga sampai saat ini tradisi ” melekan mapak tanggal ” ( menyambut penanggalan dalam hitungan bulan ) masih banyak di lakukan , salah satunya yang berada di kediaman salah satu praktiisi supranatural dengan julukan Ki Eyang Sukmo yang berada tak jauh dari jantung kota Pati , sekitar lebih kurang 2 jam dari alun – alun Kabupaten Pati untuk dapat berjalan menuju kediaman sang pakar praktisi supranatural tersebut , lebih tepatnya di kawasan utara barat yaitu yang masih tergolong di kawasan lereng gunung muria atau di wiyalah dekat perbatasan hutan lereng muria di sebelah timur laut dari titik gunung Muria .

Dalam kegiatan rutinitasnya Ki Eyang Sukma dan beberapa murid didiknya terlebih dahulu kirim doa kepada arwah terdahulu baik dari orang tua yang sudah almarhum , sanak famili maupun dari para syuhada yang telah berjuang untuk menyebarkan agama islam yang berada di pulau Jawa dan para pejuang kemerdekaan Republik Indonesia , serta para waliyullah dan para leluhur lainya .

Usai membaca doa yasin dan tahlil di teruskan dengan doa – doa kesalamatan lainya dengan harapan agar di tahun yang baru Islam dan tahun baru Jawa Aboge ( penanggalan hitungan Jawa ) yang akan datang senantisa di berikan keselamatan dan kemudahan rizki serta di jauhkan dari mara bahaya serta berdoa untuk keselamatan Bangsa dan Negara agar tetap dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa serta di jauhakan dari bencana alam dan konflik horisontal yang timbul pada internal yang berada di wilayah kesatuan Negara Republik Indonesia .

( Tugi / Bersambung …….. )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *